Transisi Energi Untuk Indonesia Lebih Bersih
Berbicara tentang
isu energi memang tidak ada selesainya. Energi menjadi suatu kebutuhan penting
bagi setiap manusia. Diperlukan pengelolaan yang baik dan berkesinambungan agar
energi dapat sebaik mungkin dimanfaatkan sehingga memberikan manfaat baik bagi
manusia dan lingkungan. Menurut Our World in Data pada tahun 2020
tercatat bahwa porsi energi fosil untuk produksi listrik di Indonesia tercatat sebesar
86.95%, energi baru terbarukan hanya memiliki porsi sebesar 13,05 %. Sedangkan
pemerintah menargetkan tahun 2060 sebagai tahun dimana penggunaan energi
nasional 100% dari energi baru terbarukan. Oleh karena itu diperlukan usaha
transisi energi yang mulanya didominasi oleh energi fosil menjadi energi yang
ramah dan bersih.
Berdasarkan pengertiannya transisi energi ialah suatu proses panjang yang dilakukan suatu negara dalam upaya menekan emisi karbon yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Seperti kita ketahui tidaklah mungkin suatu negara mampu mentransformasikan penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan dalam sekejap/ dalam hitungan hari, perlu proses panjang yang harus dilakukan selama bertahun-tahun agar emisi karbon dapat ditekan setiap tahunnya hingga mencapai kondisi Net Zero Emission. Ketersediaan energi harus selalu terjaga ketika pemerintah sedang giat-giatnya melakukan pembangunan pembangkit yang menggunakan energi baru terbarukan. Inovasi juga diperlukan untuk menunjang efisiensi pembangkit yang telah ada hingga pembangkit tenaga fosil siap dinonaktifkan. Pemerintah telah menyiapkan peta jalan transisi energi sebagai Master Plan yang akan menjadi komitmen bersama pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mencapai energi bersih. Ada 3 tahapan awal yang perlu dicapai selama tahun (2021-2025). Pertama, rasio elekrifikasi harus bernilai 100% sehingga seluruh rakyat Indonesia dapat menikmati listrik untuk berbagai kebutuhan. Kita yang sekarang hidup di kota memang sudah sejak lama menikmati listrik, tetapi masih ada sebagian wilayah diindonesia yang belum teraliri listrik. Kedua , keandalan dalam penyediaan energi listrik harus ditingkatkan. Untuk menjadikan listrik nasional andal dapat dilakukan dengan menginterkoneksikan jaringan transmisi listrik, smartgrid dan smartmeter. Kita tidak ingin terjadi mati listrik yang terlalu sering yang dapat mengganggu berbagai sektor, walaupun semuanya sudah menikmati listrik. Ketiga, diperlukan peraturan perundang-undangan yang kuat agar komitmen bersama penggunaan energi baru terbarukan dapat dijalankan dilingkungan pemerintah maupun swasta. Peraturan dapat berupa Perpres EBT, UU EBT, Perpres Retirement Coal, dll. Tahapan awal ini sangat penting karena merupakan pijakan awal sebelum kita mengekspansi penggunaan EBT yang lebih luas.
Baca Juga
- Potensi dan Cara Pemanfaatan Panas Bumi di Indonesia
- Premium dan Pertalite Dihapuskan? Berikut Dampaknya
Transisi energi memang hal yang mutlak dilakukan pemerintah, industri, dan masyarakat. Selain proses transisi energi yang dilakukan oleh pemerintah peran masyarakat yang paling mudah dilakukan ialah dengan menggunakan peralatan hemat energi, mobil listrik, mengurangi penggunaan peralatan berbasis mesin pembakaran dalam, membuat PLTS atap, dll. Transisi energi sangat penting bagi masyarakat dan industri karena percuma bila listrik sudah dihasilkan menggunakan energi baru terbarukan akan tetapi masih ada masyarakat ataupun industri yang menggunakan mesin berbahan bakar fosil dan enggan berpindah ke mesin berbasis elekrik. Pemerintah juga harus mampu memenuhi target perencanaan transisi energi yang telah dibuat agar tujuan 100% EBT di tahun 2060 dapat tercapai.
0 Komentar