Wabah Virus Corona : Kutukan atau Berkah?
Apa kabar para pengunjung moeslim it yang
budiman, kali ini saya akan mengkaji tentang wabah virus corona dari sudut pandang
spiritual. Saya akan membahas apa yang terbenak dipikiran banyak orang, yakni
yang mempertanyakan apakah corona itu adalah sebuah kutukan ataukah berkah?
Pertama, perlu kita sadari bahwa didalam
ajaran Al-Quran diungkapkan bahwa semua yang menimpa manusia baik rezeki
ataupun musibah itu datangnya dari Allah SWT.
قل لن يصىبنا الا ما كتب الله لنا
Yang artinya kurang lebih “ Katakanlah (Nabi
Muhammad SAW): Sekali-kali tidak (ada manfaat atau mudharat yang) akan menimpa
kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami...” (QS. At-Taubah
[9]:51)
Di sisi lain Allah juga berfirman,
ما اصا بك من حسنة فمن الله وما اصا بك من سيئة
فمن نفسك
Yang artinya kurang lebih “ Apa saja nikmat
(kebaikan) yang engkau peroleh adalh dari Allah, dan apa saja bencana
(keburukan) yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri....” (QS.
An-Nisa’ [4]:79)
Sebagian orang yang tidak sempat melakukan
penelitian untuk merenungkan dua ayat Alquran diatas, bisa jadi menyimpulkan
bahwa keduanya bertentangan; yakni disatu sisi Allah mengajarkan kita untuk
yakin bahwa apa saja yang menimpa kita itu berasal dari-Nya. Tapi di satu sisi
Allah mengatakan, yang datang dari Allah itu yang baik, sementara yang buruk
itu datangnya dari diri kita sendiri.
Kalau kita amati dua ayat diatas dengan teliti
dan penuh kehati-hatian, maka dapat disimpulkan bahwa keduanya mengajarkan satu
pesan yang luar biasa bagi kita. Apa makna dari dua ayat itu jika kita
jajarkan? Yakni, Allah ingin menngatakan, “Semua yang menimpamu itu datang dari-Nya.
Dan semua yang menimpamu yang dari Allah itu semuanya berupa kebaikan. Artinya,
kalau sampai yang menimpamu itu menjadi hal yang buruk maka sadarilah kamu yang
telah menyebabkan yang datang dari Allah ---yang aslinya baik----menjadi
keburukan.”
Kita sering menbaca pandangan orang mengenai
kebahagiaan, bahwa kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang ditentukan oleh apa
yang terjadi diluar kita, meskipun sesuatu yang terjadi diluar itu nampak
seolah-olah keburukan. Kalau reaksi kita positif, maka ia akan nampak hikmahnya.
Pada saat yang sama akan menjadi kebaikan atau berkah. Jadi, seorang muslim
diajarkan untuk ber khusnudzon atau tidak melihat sesuatu yang datang kepadanya
kecuali semata-mata sebuah kebaikan yang datang dari Allah SWT.
Sebelum kita lanjutkan pembahasan tentang
musibah ----yang sebetulnya semua datangnya dari Allah dan merupakan
kebaikan--- kita perlu membahas sedikit tentang perbedaan antara bala dan adzab?
Bala itu adalah (challenge) sesuatu
yang diturunkan oleh Allah dalam bentuk tantangan atau kesulitan, bukan karena
telah melakukan kesalahan dan dosa. Dalam Alquran bala’ diartikan dengan
ujian. Ujian itu tidak mesti karena orang tersebut telah melakukan perbuatan
yang salah. Ujian bisa diberikan untuk meningkatkan kualitas iman seseorang.
Sedangkan adzab adalah (punishment)
siksaan atau hukuman. Sehingga orang mengatakan bahwa bala’ tidak ada
hubungannya dengan dosa, sementara azab itu adalah respon Allah terhadap orang
yang telah melakukan kesalahan atau dosa.
Musibah dalam bahasa Indonesia konotasinya
negatif, sedangkan dalam bahsa Arab bermakna sesuatu yang menimpa. Maknanya bersifat
netral, bisa baik dan bisa juga buruk. Kita lihat bagaimana Alquran berbicara
perihal ini. Dalam hal hasanah/ kebaikan ataupun dalam hal say’yiah/ keburukan,
Allah menggunakan kata ashaba yang satu akar kata dari musibah. Ashaba
itu adalah kata kerja dan musibah adalah kata benda. Jadi ada musibah yang
netral, ada juga bala’ yang berhubungan dengan keinginan Allah untuk
meningkatkan kualitas seseorang---- meskipun orang-orang itu tidak membuat
kesalahan---- dan ada adzab yang dipahami sebagia hukuman dari dosa.
Yang penting kita ketahui ialah, bahkan dalam kata adzab pun terkandung tujuan Allah untuk menyempurnakan orang yang telah berbuat dosa. Membuat orang yang terbiasa berbuat dosa menjadi tidak melakukannya lagi. Ketahuilah bahwa adzab dalam bahasa Arab itu berasal dari akar kata ‘ain-dzal-ba’ yang bisa bermakna adzabun. Kata adzabun dipergunakan oleh Alquran untuk menunjuk di lautan itu ada air yang terasa manis dan membuat segar (baca: QS. Al-Furqon [25]:53). Jadi, meskipun azab bermakna hukuman, tapi tujuan Allah itu baik, bukan membalas dendam.
Berdasarkan pembahasan diatas, baik dalam bala’ maupun azab, pasti ada hikmahnya, dan terkandung didalamnya muatan kebaikan. Untuk itu kita tidak perlu berdebat terlalu panjang mengenai virus Corona ini apakah bala atau azab? Bagi orang yang sudah baik, itu adalah cobaan. Dan bagi orang yang belum baik atau sering berbuat dosa, itu adalah sebuah peringatan agar dia menyadari atas dosa-dosanya, kemudian bertaubat kepada Allah, hingga akhirnya berubah menjadi baik. Maka tidak ada musibah dari Allah SWT, kecuali untuk kebaikan kita semua.
Sehingga semua tergantung atas respon kita. Jika reaksi kita negatif, maka akibatnya ketika kita mendapat bala’, kualitas kitapun akan menurun. Misalnya; marah-marah, putus asa, serakah, menimbun dan mementingkan diri sendiri. Kalau ini terjadi, maka bala’ akan menjadi buruk dan azab menjadi kutukan bagi kita. Sebaliknya, tetapi jika kita bersikap positif, maka yang muncul adalah sikap sabar, mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan, kalaupun musibah sampai menjemput ajal kita atau keluarga kita--- wal iyadu billah semoga Allah menjauhkan dari itu--- kita pasrah dan percaya bahwa ajal itu bisa datang melalui bentuk apapun dan Allah Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Segala-galanya. Jika sikap seperti ini yang tertanam dalam diri kita, maka musibah berupa virus Corona akan menjadi berkah dan kita mendapatkan hikmah dari sesuatu yang tadinya dipandang sebagai keburukan. Intaha
Sumber : Buku Agama Di Tengah Musibah
Baca Juga
Bayangan Iblis di Hati Manusia
0 Komentar