Premium dan Pertalite Dihapuskan? Berikut Dampaknya

Akhir-akhir ini santer dikabarkan bahwa Pemerintah Indonesia akan menghapus BBM premium dan pertalite, kali ini admin hanya akan membahas dampaknya dari sisi teknologi/ mesin. Rencana tersebut akan diterapkan pada tahun 2022. Alasan utama pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut adalah  untuk menekan kadar emisi CO2 sebesar 14%, dan untuk selanjutnya beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

“Kita memasuki masa transisi, dimana Premium (Oktan 88) akan digantikan dengan Pertalite (Oktan 90), sebelum akhirnya kita akan menggunakan BBM yang ramah lingkungan,” ujar Soerjaningsih selaku Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas. Mungkin ini salah satu langkah indonesia untuk mencapai Net Zero Emission tahun 2060 yang telah disepakati di KTT G20 Roma, Italy.

Untuk saat ini PT. Pertamina menjual Premium (Oktan 88) dengan harga Rp. 6.450 per liter, sementara itu untuk Pertalite (Oktan 90) dijual dengan Rp. 7.650 per liter. Meskipun wacana penghapusan BBM beroktan rendah sedang ramai-ramainya sekarang ini, namun kenyataannya sekarang saja sudah sulit sekali untuk mendapatkan BBM premium di SPBU milik Pertamina.

Bila ditinjau dari sisi dampak terhadap kendaraan bermotor, maka pasti akan menyebabkan akibat pada mesin. Sebelum memasarkan kendaraan mobil maupun motor produsen sudah melakukan riset dan penyesuaian spesifikasi, kemudian merekomendasikan bahan bakar yang cocok untuk kendaraan produksinya kepada konsumen.

Pemilihan bahan bakar yang tepat dari produsen pastilah sudah melalui proses riset yang panjang. Itulah sebabnya konsumen tidak dianjurkan menggunakan bahan bakar yang tidak direkomendasikan. Hal ini juga berlaku untuk konsumen yang sering gonta-ganti bahan bakar maupun mencampur bahan bakar.

Kecocokan bahan bakar dengan mesin paling mudah ditentukan dari nilai oktan. Nilai oktan yang tinggi harus menyesuaikan rasio kompresi mesin yang tinggi. Bila tidak maka akan dapat menghasilkan emisi karbon yang tinggi bahkan dapat menyebabkan kerak pada mesin karena pembakaran yang tidak sempurna.     

Semakin tinggi rasio kompresi maka menandakan kendaran tersebut tergolong kendaraan yang canggih dan cocok dengan bahan bakar beroktan tinggi. Di Indonesia masih banyaknya kendaraan-kendaraan tua yang dipakai menjadikan ketidakcocokan spesifikasi mesin dengan bahan bakar beroktan tinggi. Efek buruknya makin cepatnya kerusakan mesin dan lama kelamaan akan mengakibatkan banyaknya sampah rongsokan kendaraan-kendaraan tua yang nantinya dapat menjadi problem baru.

Bila pemerintah menetapkan BBM yang dijual adalah yang beroktan tinggi maka pemerintah juga perlu menetapkan kendaraan keluaran terbaru harus sesuai dengan bahan bakar yang dijual. Seharusnya pemerintah tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon saja tetapi juga harus berpikir tentang kendaraan- kendaraan yang tua yang tidak kompatibel dengan bahan bakar beroktan tinggi. Olehkarenanya diperlukan kebijakan yang berkelanjutan dengan meminimalkan dampak yang mungkin terjadi.

Berikut daftar nilai oktan bahan bahar dengan kecocokan nilai kompresi mesin

-           Premium dengan oktan 88 untuk rasio kompresi mesin 9:1

-          Pertalite dengan oktan 90 untuk rasio kompresi mesin 9:1 sampai 10:1

-          Pertamax dengan oktan 92 untuk rasio kompresi mesin 10:1 sampai 11:1

-          Pertamax Turbo dengan oktan 98 untuk rasio kompresi mesin 11:1 sampai 13:1

-          Pertamax Racing dengan oktan 100 untuk rasio kompresi mesin 13:1 keatas

Sebelum memilih bahan bakar yang cocok, pemilik harus mengetahui sekurang-kurangnya rasio kompresi kendaraan yang dimiliki. Maka penting sekali untuk memilih bahan bakar yang tepat agar umur mesin juga panjang serta mengurangi sampah kendaraan bermotor dimasa mendatang. Intaha

Sumber : cnnindonesia.com

Baca Juga

Asal Usul Energi

Istilah-istilah dalam Dunia Kelistrikan (Bagian Kedua)