Orang Gila Belum Tentu Gila

Apa kabar para pengunjung moeslim it yang budiman, disekeliling kita sering menjumpai orang gila, apa sih orang gila itu? Apakah tidak ada kebajikan yang dimiliki orang gila?

Orang gila adalah orang yang sedang mengalami gangguan kejiwaan yang parah. Orang gila juga memiliki istilah2nya sendiri diberbagai tempat seperti ; sinting, sarap, edan, gendheng, sableng, majnun, gelo, miring. Istilah2 tersebut acapkali keluar dari mulut orang yang waras untuk menyebutkan orang gila. Tetapi ada beberapa orang gila yang dianggap gila oleh masyarakat tetapi sebenarnya cerdas luar biasa, baik secara intelektual maupun spiritual.

Secara umum mereka pandai bersyair, sekaligus bisa mengajukan pertanyaan dan jawaban yang tidak biasa dipikirkan oleh orang waras yang cerdas sekalipun. Oleh karena itu mereka layak disebut orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi, meski dianggap gila.

Orang Gila Menurut Kita Belum Tentu Gila Menurut Tuhan

Disamping itu rata-rata mereka adalah orang salik (orang yang menjalani disiplin spiritual dalam menempuh jalan sufisme islam untuk membersihkan dan memurnikan jiwanya), orang-orang zuhud, sangat mencintai Tuhan, lebih memikirkan akhirat dan sangat tekun ibadahnya, melampaui orang-orang yang berpikiran sehat.

Banyak kata-kata mutiara yang keluar dari mulut mereka, juga akhlak mulia dari perilaku mereka sehari-hari. Karena kebaikan-kebaikan itu muncul dari orang yang dianggap hina, maka relevanlah peribahasa arab yang mengatakan “Unzhur ma qala wala tanzhur man qala” (lihatlah apa yang dibicarakan, jangan lihat siapa yang bicara).

Sebagai manusia biasa kita memang sering menilai faktor-faktor lahiriah, sementara Tuhanlah yang menentukan aspek-aspek bathiniah, sebagaimana dalam ungkapan, “Nahnu nahkumu bi azh-zhawahir wa Allahu  yahkumu bi as-sarair.” Namun berfokus dalam aspek-aspek tampak saja, acapkali menjerumuskan kita pada kekeliruan.

Baca Juga

Orang yang berpenampilan layaknya orang saleh, tak dapat dijamin bahwa dia orang saleh. Demikian pula sebaliknya, orang yang tampangnya tidak meyakinkan, tak secara otomatis layak untuk dipandang sebelah mata. Sebab tak jarang yang terjadi justru bertolak belakang 180 derajat. Orang yang berpenampilan necis justru secara ekonomi masih jatuh bangun, sedangkan orang yang kemana-mana mengenakan celana pendek malah sudah sangat mapan. Itulah mengapa sisi lahiriah tidak bisa dipercaya 100 persen dan pola pandang kita harus mulai diarahkan ke sisi batiniah. Berikut ada cerita orang-orang yang dianggap gila padahal justru orang tersebut orang yang benar dan baik.

Socrates, di ranah filsafat dianggap gila oleh orang-orang Yunani. Bapak filsafat itu mempertanyakan hal-hal yang diterima begitu saja oleh orang-orang disekitarnya. Dengan pertanyaannya itu, Socrates menyadarkan orang-orang supaya tidak terpaku pada opini (doxa), melainkan mengarah pada pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan (episteme). Lantaran penyandaran itu, pihak status quo menganggap Socrates menyesatkan masyarakat. Imbasnya, Socrates dihukum mati. Tapi, apakah “kekalahan” Socrates itu menunjukkan bahwa dia salah, sedangkan rivalnya benar? Jawabannya tentu saja tidak.

Nabi Muhammad juga pernah dituduh sebagai orang gila dan menyesatkan warga, sehingga beliau ingin dibunuh yang kemudian beliau hijrah ke Yatsrib/ Madinah. Yang didakwahkan Rasulullah adalah monoteisme, kemanusiaan dan akhlak mulia. Yang dipertahankan orang kafir Quraisy justru kepercayaan kepada banyak dewa, yang dibauri perbudakan, penistaan pada perempuan, perjudian, mabuk-mabukan dan segala tindakan buruk lainnya. Saat Rasulullah terusir dari kampung halamannya, apakah beliau benar-benar gila? sehingga para pengusirnya waras? Tentu saja tidak.

Di negeri kita pun juga begitu. Salah satu Presiden Indonesia yang tidak lain-tidak bukan ialah Gus Dur, dianggap kata-katanya kontroversial dan bahkan ada yang ”men-cap” sebagai orang gila. Seperti saat Gus Dur diminta lengser dari jabatannya karena keputusan dari sidang istimewa MPR, dengan berani beliau bilang bahwa pelengseran dirinya sebagai presiden sangat kental dengan nilai politis lantaran tidak terbukti secara hukum. “Saya dilengserkan secara politis. Secara hukum belum pernah dibuktikan saya bersalah,” kata Gus Dur. Selain itu, Gus Dur juga menegaskan bahwa pelengseran tersebut tidak sah karena telah melanggar Konstitusi. Tetapi pada akhirnya Gus Dur memilih untuk lengser padahal ada kurang lebih 300 ribu orang yang siap membela beliau. Gus Dur tidak ingin terjadi perang saudara terkait pelengseran dirinya sebagai presiden. Salah satu ungkapan Gus Dur yang masyhur “Tidak ada jabatan didunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian”. Sehingga dengan lengsernya Gus Dur apakah beliau pihak yang salah? Dan yang melengserkannya apakah di pihak yang benar? Jawabannya tentu tidak.

Dari kisah-kisah tadi tentunya sebutan gila pada seseorang tak sepenuhnya benar, saya katakan "Semua orang itu gila, tapi memiliki kadar kegilaannya masing-masing". Meskipun semua orang bahkan seluruh dunia menghujatmu, memakimu, dan membullymu jika yang kamu pertahankan memang suatu kebenaran maka teguhkanlah keyakinanmu pada hal tersebut. Tuhan pasti akan melihat perjuangan seorang hambanya yang sedang berjalan di jalan kebenaran. Intaha


Sumber : Buku Kebijaksanaan Orang-Orang Gila