Doa setelah sholat sebagai ikhtiar mengubah takdir

Doa mengubah takdir
Apa kabar para pengunjung moeslim it yang budiman, hari-hari kita berada di masa krisis yang risikonya bisa menimpa siapa saja diantara kita. Oleh karena itu, kita harus terus waspada dan berikhtiar tanpa harus merasa panik. Juga, kita perlu mengambil hikmah, karena setiap musibah pasti ada hikmahnya. 

Lalu, orang-orang sering menanyakan, apa peran doa? Jangan-jangan doa “hanya” sebuah pelajaran dari Allah SWT. Agar manusia pasrah kepada-Nya? Benar bahwa doa mempunyai peran, diantaranya adalah peran spiritual, yaitu suatu medium untuk mengeluh dan meminta kepada Allah. Dengan cara itu, diharapkan kita menjadi dekat dengan Allah SWT.

Doa juga disebut ungkapan ta’abud atau ubudiyyah kepada Allah SWT. Yang menyandarkan manusia, bahwa ia adalah hamba yang dhaif (lemah) yang tidak bisa hidup kecuali bergantung kepada-Nya. Sehubungan dengan ini Rasulullah SAW. Bersabda : “Doa itu otak/sumsumnya ibadah”. Semua hal itu benar, namun apakah doa mempunyai peran untuk menciptakan suatu realitas atau mewujudkan sesuatu? Apkah semua kejadian didunia ini sudah diatur oleh sunnatullah (ketetapan Allah), yang tidak ada sesuatu pun dapat mengubahnya? Atau apakah hukum alam tidak bisa berubah sesuai dengan harapan manusia?

Untuk itu, kita harus mempelajari apa yang disampaikan Alquran dan memahami sifat kehidupan atau alm semesta sebagai sesuatu yang terbagi menjadi dua alm yang berbeda.

Pertama, alam al-khalaq (alam fisik), yakni alam natural atau alam ciptaan yang diatur oleh hukum alam (saintifik). Hukum alam ini bisa diduga dan diramalkan karena sifatnya yang diatur oleh kausalitas dan berulang, serta berlaku setiap tempat dan waktu. Keberadaan hukum ini merupakan suatu realitas yang tidak bisa dinaifkan.

Kedua, alam al-amr (alam ruhani). Sebagai mana telah difirmankan oleh Allah dalam Alquran

ويسئلونك عن الروح قل الروح من امر ربي وما اوتيتم من العلم الا قليلا

Yang artinya kurang lebih “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Kataknlah: ”Ruh itu berada dibwah pengarahan Tuhanku, dan kamu tidak diberikan pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit”. (QS Al-Isra’[17]:85)

Dalam terjemahan populer, ayat ini dimaknai sebagai: ‘Urusan ruh adalah urusan Tuhan, dan manusia tidak bisa ikut campur”. Padahal sambungan ayat Alquran tersebut berbunyi: “... dan kamu tidak diberikan pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit”. Artinya ada beberapa manusia yang diberi kelebihan untuk memiliki pengetahuan tentang ruh. Sehingga pada mufassir yang lebih teliti menafsirkan kata “al-amr” bukan sebagai “urusan” melaikan ‘pengarahan”.

Sehingga disamping ada alam fisik, juga ada alam ruhani. Di dalam alam fisik dan alam ruhani terdapat sunatullah. Apa yang terjadi di dunia ini sesungguhnya merupakan hasil dari interaksi. Bekerjanya sunatullah baik di alam fisik maupun sunatullah di alam ruhani. Bila ada perubahan di alam ruhani, maka apa yang terjadi di alam fisik juga dapat berubah. Nah, bagaimana menggerakkan sunnatullah atau hukum-hukum yang ada di alam ruhani?

Baca Juga

Pertama, dengan doa. Fungsi doa selain bersifat spiritual juga memiliki fungsi untuk menggerakkan hukum-hukum di alam ruhani. Jadi, hukum-hukum alam ruhani mampu mempengaruhi kejadian di alam fisik. Artinya ada inayah (dukungan) dari Allah SWT. Kadang ini disebut imdad ghoibiyah, yakni dukungan Allah yang bersifat ghoib atau ruhani, yang mampu mengubah akibat yang terbentuk melalui bekerjanya hukum alam.

Misal ada sebuah wabah penyakit yang obanya belum ditemukan oleh dokter dan ahli ilmu pengobatan didunia ini. Sehingga secara keilmuan tidak mungkin bisa sembuh orang yang terkena wabah penyakit tersebut. Namun, apabila kita berdoa dan mampu menggerakkan hukum-hukum yang di alam ruhani, kemudian hukum itu bekerja mempengaruhi hukum-hukum yang ada di alam fisik, maka apa yang tadinya mustahil bagi hukum fisik, bisa berubah karena adanya pengaruh dari bekerjanya hukum-hukum di alam ruhani. Menurut Habib Umar Al Muthohar (Semarang) ada ungkapan dalam salah satu kisah yang diceritakannya “Doa itu menyelesaikan masalah tanpa masalah” selain itu ada juga ungkapan lain yang juga masih relevan dengan ungkapan tadi yakni “Apabila kita mau mengangkat tangan, maka Allah akan turun tangan”. Arti dari ungkapan yang kedua ini ialah apabila kita mau berdoa kepada Allah ataupun berkeluh kesah hanya kepadanya, maka Dia akan turut membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang melanda kita.

Selain doa, ada juga hal-hal yang mampu mempengaruhi berlakunya hukum-hukum di alam fisik, yakni bersedekah. Sedekah itu dapat menjadi “penolak bala” dan mengubah takdir. Atau, amal saleh secara umum. Selain itu, amal silaturrahim, yaitu berhubungan baik dengan tetangga maupun kerabat berdasarkan rasa kasih sayang. Ini juga mampu memberi pengaruh. Ini semua seharusnya mendorong kita untuk melakukan kebaikan kepada makhluk Allah yang lain.

Kesimpulannya kita harus memaksimalkan ikhtiar, dan mengikuti arahan dari berbagai ahli-ahli dibidangnya seperti dari ahli biologi, kedokteran, ahli virus, termasuk arahan pemerintah. Setelah itu kita lakukan ikhtiar secara maksimum, kita juga perlu berdoa, bersedekah dan memperbaiki silaturrahim kepada sesama dalam upaya kita mengubah alam fisik melalui alam ruhani.

Dengan itu semua semoga selain ikhtiar yang telah kita lakukan untuk menyembuhkan orang yang sakit dari penyakitnya, insyallah kita juga mendapat dukungan dari alam ruhani yang mempermudah untuk melakukan upaya-upaya penyembuhan dalam menyelamatkan seluruh manusia dari bencana yang sekarang menimpa kita. Intaha


Sumber : Buku Agama Di Tengah Musibah