5 Kriteria Bestie (Sahabat Sejati) menurut Imam Al-Ghazali
Kedudukan sahabat mendapat perhatian oleh agama. Hal ini menunjukkan bahwa sahabat memiliki kedudukan penting bagi perkembangan, pertumbuhan, dan pengambilan sikap pribadi kita. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita agar hati-hati dalam mencari sahabat sejati.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Artinya, “Rasulullah SAW
bersabda, ‘Seseorang bisa dilihat dari keberagamaan sahabatnya. Hendaklah
setiap kamu memerhatikan bagaimana sahabatmu beragama.’”
Imam Al-Ghazali dalam Kitab
Bidayatul Hidayah menyebutkan sedikitnya lima hal yang perlu diperhatikan dalam
mencari sahabat.
Pertama, akal.
فإذا
طلبت رفيقا ليكون شريكك في التعلم، وصاحبك في أمر دينك ودنيا فراع فيه خمس خصال:
الأولى: العقل: فلا خير في صحبة الأحمق، فإلى الوحشة والقطيعة يرجع آخرها، وأحسن
أحواله أن يضرك وهو يريد أن ينفعك، والعدو o خير من الصديق
الأحمق
Artinya, “Bila kau ingin mencari
sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan agama
dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini. Pertama, akalnya. Tiada mengandung
kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir dengan keengganan
dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal
dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa
mengatakan, ‘Musuh yang cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu,’” (Lihat
Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah,
tanpa catatan tahun], halaman 90).
Imam Al-Ghazali menempat akal
pada urutan pertama. Pasalnya, sahabat yang bodoh atau dungu lebih banyak
mencelakai kita karena kebodohanya meskipun ia bermaksud baik.
Kedua, akhlak terpuji.
الثانية:
حسن الخلق: فلا تصحب من ساء خلقه، وهو الذي لا يملك نفسه عند الغضب والشهوة
Artinya, “Kedua, akhlak yang
baik. Jangan bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, yaitu orang yang
tidak sanggup menguasai diri ketika sedang marah atau berkeinginan,” (Lihat
Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah,
tanpa catatan tahun], halaman 90-91).
Akhlak bukan hanya dilihat dalam
situasi normal. Akhlak seseorang lebih jauh dari itu juga perlu diperhatikan
dalam situasi marah atau syahwat. Kalau dalam situasi marah atau syahwat
seseorang dapat mengendalikan diri, dalam situasi normal ia lebih berkuasa atas
dirinya sehinga sanggup mengedepankan akhlak terpuji.
To be Continued..... Lima Kriteria Bestie (Sahabat Sejati) menurut Imam Al-Ghazali (Bagian Kedua)
Sumber :
Fanspage Gus Sting
Baca Juga
Kisah Wali Yang Namanya Tertera Di Lauhil Mahfudz Sebagai Penghuni Neraka
0 Komentar