MEMAKNAI SOSOK RASUL SEBAGAI RAHMATAN LIL ALAMIIN

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad SAW), melainkan (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Ayat diatas kiranya sudah tidak asing lagi, terutama saat menggambarkan sosok Makhluk teragung yang pernah Allah SWT ciptakan. Terlebih saat bulan maulid datang, dimana umatnya bergembira menyambut hari kelahiran, bersahut-sahutan membaca syiir yang menggambarkan sosok beliau yang terpuji, dan saling memperbaharui serta menambah rasa cinta untuk membalas cinta Nabi Agung, meskipun tidak akan pernah bisa kita membalas cinta beliau, seorang pemimpin yang bahkan rela menanggung sakitnya sakaratul maut untuk mengurangi rasa sakit umatnya. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad.

Dalam ayat ini memang jelas menyebutkan kalau Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi rahamat bagi alam semesta, rahmat yang Allah SWT jadikan di dalam hati dan sosok Sang Nabi. Akan tetapi, menurut Abuya Habib Abdullah Baharun, yang perlu dipahami bahwa rahmat itu tidak selalu dirasakan oleh seluruh makhluk, terutama seluruh manusia. Abuya mengistilahkannya sebagai berikut, (Rahmatan nabi tanzilu kama yanzilul matoor) Rahmatnya Nabi Muhammad SAW, turun ibarat turunnya air hujan.

Maka tergantung tanah yang menerima air hujan tersebut. Di atas bumi ini, ada tanah subur, yang dituruni hujan sedikit saja langsung bisa tumbuh berbagai macam buah-buahan, tumbuhan, dan makanan yang memberi manfaat bagi manusia. Pun begitu juga, ada jenis tanah berbatu yang meskipun dituruni hujan sederas-derasnya, tanah tersebut tetap tidak akan bisa menumbuhkan sesuatu yang memberi manfaat.

Begitulah permisalan hati manusia dalam menerima rahamat Kanjeng Nabi. Maka tidakkah rahmat nabi bisa dirasakan seluruh manusia. Abuya melanjutkan,tugas kita mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, termasuk jenis ‘tanah’ yang manakah hati kita? Apakah ia seperti tanah subur yang terkena air hujan meskipun sedikit bisa menumbuhkan banyak manfaat? Ataukah layaknya tanah tandus yang tak bisa tumbuh kemanfaatan meski diterpa derasnya air hujan? Na’udzubillah

 

Sumber : Tausiyah Al Habib Abdullah Baharun