Artikel ini merupakan artikel maraton edisi Ronggowarsito yang merupakan lanjutan dari artikel Ronggowarsito : Sastrawan keturunan Brawijaya V. Untuk membaca keseluruhan edisi Ronggowarsito tunggu update artikel berikutnya : 

Ronggowarsito : Mondok ke Kyai Kasan Besari

Pada tahun 1813 Bagus Burhan meninggalkan Surakarta dan memulai pengajaran ilmu agama kepada Kyai Kasan Besari di Pondok Gebang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo. Awal mulai belajar ia tidak terlihat berprestasi, dikarenakan ia tidak bersungguh-sungguh dalam belajar ilmu agama yang diberikan gurunya. Bahkan kenakalannya pelan-pelan mempengaruhi teman-temannya. Akibatnya Bagus Burhan diusir oleh Kyai Besari sambil memarahinya.

Setelah diusir Bagus Burhan menginap di rumah Kasan Ngali. Sudah berapa hari ia masih tinggal di rumah Kasan Ngali sambil menunggu utusan dari Surakarta untuk menjemputnya. Sebenarnya Kasan Ngali ingin menasehi Raden Bagus tetapi ia tidak enak hati jika harus blakblakan kepadanya, Kasan Ngali pun menunggu waktu yang tepat. Ketika ada kesempatan untuk memulai pembicaraan inti, Kasan Ngali mengungkapkannya : Kasan Ngali berkata “Raden apakah kamu sudah mendengar kabar dari Tegalsari.” Kemudian Raden Bagus menjawab “Kabar apakah itu paman? saya sama sekali tidak mendengarnya. Lagipula apa urusannya dengan saya, saya sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan tempat itu.” Lantas Kasan Ngali pun menanggapi “Jangan begitu raden, bagaimanapun juga panjenengan pernah nyantrik disana.” sambil mengela nafas Kasan Ngali melanjutkan “ Begini raden, Tegalsari saat ini dilanda berbagai masalah, wilayah itu gagal panen, muncul huru-hara karena pencuri berkeliaran di desa. Singkatnya mesti ada saja hal yang tidak mengenakkan disana.”.

Kemudian Kasan Ngali berkata “Nah, tadi siang ada utusan dari Tegalsari, dia membawa pesan dari kyai, menurutnya kyai telah mendapat petunjuk agar panjenengan untuk kembali ke pondok dengan segera.”. Raden Bagus pun bertanya “Loh untuk apa lagi paman? beliau sendiri yang mengusir saya hingga akhirnya panjenengan menerima saya tinggal disini.”. Kasan Ngali menjawab “Sareh (selow) dulu raden, agaknya kyai juga sudah memaafkan panjenengan. Panjenengan sedang dibutuhkan disana!”. Menurut Kasan Ngali penjemputan Raden Bagus tidak dikehendaki oleh Tanujoyo, Tanujoyo ingin Raden Bagus mendapatkan ilmu yang cukup di Pondok Gebang Tinatar sebelum pulang ke Surakarta. Kasan Ngali berusaha membujuk dan memberikan saran kepada Raden Bagus agar mau kembali ke pondok.

Pada akhirnya Bagus Burhan luluh hatinya, ia menerima saran dari Kasan Ngali dan berangkatlah ia ke Gebang Tiantar. Sayangnya disana Bagus Burhan belum juga berubah, ia masih suka malas belajar dan menimbulkan banyak masalah. Akibatnya Kyai Besari kembali marah, kemarahan yang bercampur dengan petuah dari beliau cukup menggetarkan hati Bagus Burhan. Setelah kemarahan tersebut, Bagus Burhan menjadi kepikiran terus tentang petuah yang diberikan Kyai Besari seakan masuk kedalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Bagus Burhan kemudian menemukan titik balik, pelan-pelan dirinya berubah dari yang dulunya bersikap suka membuat onar sekarang lebih berhati-hati dan tidak sembarnagan lagi. Dia menjadi santri yang tekun belajar dan taat terhadap gurunya. Perubahan sikap Bagus Burhan membuat kyai senang, apalagi setelah mengetahui Bagus Burhan kerap tirakat ataupun melakukan puasa-puasa tertentu. Pada akhirnya kyai mulai mempercayakan beberapa tugas padanya, tugas-tugas yang selalu berhasil diselesaikannya dengan baik.

Ronggowarsito : Tugas Yang Sangat Berpengaruh Dalam Hidup

Suatu ketika kyai memanggil Bagus Burhan ke kediamannya untuk menerima tugas. Bagus Burhan bertanya “Punten dalem sewu kyai, badhe paring dawuh menopo? Saya akan berusaha melaksanan dawuh kyai sebaik-mungkin seperti biasanya”. Kyai Besari menjawab “Saya telah memperhatikan panjenengan lama, dan meyakini bahwa panjenengan sudah benar-benar berubah raden. Kali ini saya ingin memberikan tugas kepada panjenengan, namun tugas itu untuk kepentingan panjenengan sendiri.”. Bagus Burhan bertanya kembali “Maksud panjenengan pripun kyai?”. Kyai Besari menjawab “Saya ingin tahu apakah setelah panjengan menerima tugas ini, panjenengan akan mengalami perubahan besar dalam diri panjenengan. Apakah panjenengan mau menerima tugas tersebut?”. Kemudian Bagus Burhan berkata “Seperti apapun dawuh kyai, sebagai santri saya namung ndereake mawon. Apa yang menurut kyai baik, pastilah baik juga untuk santri-santrinya termasuk jika itu diperuntukkan untuk diri saya.”

Dalam tugas tersebut Kyai Besari memerintahkan Bagus Burhan untuk pergi ke daerah Kedung Watu untuk bertirakat selama 40 hari 40 malam, selama menjalani tirakat Bagus Burhan hanya boleh menyantap pisang batu dalam sehari semalam. Bagus Burhan pun tanpa menolak langsung menyanggupi permintaan gurunya tersebut, berangkatlah ia ke Kedung Watu dan melakukan tirakat tersebut. Meskipun tirakat tersebut terlihat berat, Bagus Burhan menjalaninya dengan ikhlas dan penuh kepasrahan. Hingga dihari ke 40 turunlah apa yang disebut Wahyu Kapujanggan.

Sejak saat itu pula Bagus Burhan mengalami perubahan besar. Ia menjadi lebih menonjol dari santri-santri Gebang Tinatar, karena kecerdasannya yang luar biasa. Dia mampu mengetahui banyak hal dengan cepat meskipun hanya belajar sedikit saja. Karena mulai tumbuh kebijaksanaannya, Kyai Besari mengangkat Bagus Burhan sebagai Badal “Pengganti” terlebih ketika sang kyai sedang berhalangan hadir dalam suatu pembelajaran atau hal-hal lain.

To be continued... Ronggowarsito : Karir Dan Akhir Hidup Yang Misterius

Sumber : Yt Jagad Mandala Pictures

Baca Juga

Bayangan Iblis di Hati Manusia

Makna Istilah Walisongo